Untuk Disiarkan : Kamis 25 Juni 2015
Reporter : Lailaturahmah
Anggota Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR) kembali mengeluarkan keputusan perihal dana aspirasi
sebesar 20
miliyar rupiah untuk setiap anggotanya. Hal ini menimbulkan banyak kontroversi di
kalangan pemerintah maupun masyarakat, karena DPR dipandang hanya memikirkan
kepentingan dalam parlemennya sendiri. Di sisi lain, bangsa Indonesia di bagian
timur, khususnya di daerah Nusa Tenggara Timur (NTT), mengalami kekurangan
bahan pangan untuk konsumsi. Sedangkan DPR sebagai perwakilan rakyat, dinilai hanya mementingkan urusan pribadi tanpa melihat rakyatnya sendiri. Terkait hal tersebut, bagaimana tanggapan mahasiswa?
Berikut
tanggapan salah satu mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM),
jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) semester enam, Reksa Puja, mengaku,
tidak setuju dengan keputusan DPR yang semena-mena. Kecuali jika dana aspirasi
tersebut dialokasikan ke rakyatnya di setiap daerah, ini membuktikkan tugas inti DPR sebagai regulator, dan
tidak membutuhkan
alokasi dana yang banyak. Reksa berharap, mahasiswa
harus menunjukkan aksi ketidaksetujuan dengan hal itu.
Adapula tanggapan lain mahasiswa FDIKOM, konsentrasi Jurnalistik semester dua, Nani
Yuliyanti, menilai, selama ini belum ada hasil pekerjaan DPR yang dapat
dirasakan oleh rakyat, tetapi anggota DPR
sudah meminta dana aspirasi. Dengan dalih demi percepatan pembangunan, hal ini justru malah menunjukkan ada sesuatu di balik itu, karena Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah disetujui,
sudah cukup jika dimaksimalkan. Nani menambahkan, sekiranya ada tujuh fraksi
yang menyetujui, dan jika diketuk palu, harus ada pengawasan yang benar tentang
dana itu, baik Indonesia Corruption Watch (ICW), Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK), dan media.
0 komentar:
Posting Komentar