Berita untuk disiarkan pada program NEWSTAINMENT, Senin-Jum'at pukul 09.00-10.00 WIB

Rabu, 08 Juli 2015

Buka Bersama Atau Maksiat Bersama?

Untuk Disiarkan          : Kamis 9 Juli 2015
Reporter                      : Nabila Puspa Asriyani

Memasuki 10 hari terakhir bulan ramadhan, setiap muslim di berbagai penjuru dunia menjalakannya dengan berbagai cara. Seperti di UIN Jakarta, Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), acara buka bersama (Bukber) sudah menjadi sebuah tradisi. Mulai dari berbagi kepada sesama sampai ke acara yang alasannya ‘silaturahmi’ ini, membuat sejumlah mahasiswa mempertaruhkan waktu, uang, dan tenaga mereka. Pada umumnya, kegiatan buka bersama ini diisi dengan sekedar makan ta’jil dan makan besar sembari menunggu adzan maghrib. Ada pula yang mengisinya dengan konser musik, membagikan ta’jil gratis kepada pengemis, yatim piatu, dan masih banyak lagi. Kegiatan Bukber sebenarnya memiliki manfaat yang sangat baik. Selain sebagai sarana silaturahmi, juga sebagai sarana melatih kepekaan sosial. Namun, tidak jarang pula membawa dampak negatif jika disikapi dengan berlebihan. Seperti ditinggalkannya waktu solat maghrib, isya, dan tarawih, untuk mengobrol yang berujung pada ghibah alias gosip, dan akhirnya membuat Bukber menjadi ajang maksiat bersama.

Dosen Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), Pipit Novita, mangatakan, Bukber menjadi negatif karena menyia-nyiakan waktu untuk berbuka, yang seharusnya digunakan untuk berzikir atau tilawat Quran, justru digunakan untuk mempersiapkan diri dengan merias wajah, memilih baju paling bagus serta mengobrol hal yang sia-sia. Namun, semua kegiatan tersebut tergantung pada niat pelaksanannya.

Mahasiswa FDIKOM, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) semester dua, Zahra Tsabitah, mengatakan, acara Bukber itu sebagai sarana temu kangen, serta menambah pahala silaturahmi. Tetapi, itu semua pasti tidak lepas dari sisi negatif.

0 komentar:

Posting Komentar