Berita untuk disiarkan pada program NEWSTAINMENT, Senin-Jum'at pukul 09.00-10.00 WIB

Minggu, 18 Oktober 2015

Seminar Sarjana Komunikasi dalam Menghadapi MEA



Untuk Disiarkan          : Senin 19 Oktober 2015
Reporter                      : Tasya Khairally

Pada tahun 2016 mendatang, kesepakatan Masyakarat Ekonomi ASEAN (MEA) atau pasar bebas ASEAN mulai berlaku. Jika ingin tetap bisa bersaing, Indonesia harus bersama sama bersiap menghadapinya. Jumat lalu, Seminar Pasca Sarjana berjudul “Tantangan Profesi Bidang Ilmu Komunikasi Dalam Menghadapi MEA”  menjawab pertanyaan untuk menghadapi MEA. Acara tersebut berlangsung di ruang teater lantai dua Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM),  pukul satu siang. Acara yang dihadiri oleh naraasumber Yuliandre Darwis Ph.D ini, mewajibkan beberapa mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam mengikutinya sebagai pengganti mata kuliah.

Narasumber acara, Yuliandre darwis Ph. D, mengatakan, mahasiswa harus mempersiapkan diri khususnya sarjana komunikasi menghadapi tantangan dari MEA itu sendiri. Ssalah satunya, lulusan komunikasi harus memiliki sertifikasi untuk melamar untuk bekerja di dunia komunikasi. Jadi, mahasiswa dipacu bagaimana untuk meng-upgrade diri, mengembangkan skill, dan soft skill. Semua mahasiswa komunikasi harus mengetahui apa yang menjadi perkembangan dunia komunikasi saat ini, khususnya dalam menghadapi MEA. Jadi, jangan merasa hebat menjadi sarjana komunikasi, karena dunia lain juga merebut pasar dari dunia komunikasi.

Salah satu peserta seminar, mahasiswa FDIKOM, Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI) semester tiga, Febrianto mengatakan, karena acara ini merupakan acara pasca sarjana, peserta yang masih duduk di semester satu atau tiga belum terlalu paham dengan beberapa topik pembicaraan. Tetapi meskipun begitu, pembahasannya sangat bermanfaat karena mahasiswa akan mengetahui lebih awal mengenai program MEA sendiri. Jadi, mau tidak mau, bisa tidak bisa, seorang sarjana harus mengetahui peran sarjana komunikasi di MEA. Febri berharap, semoga karakter bangsa Indonesia bukan menjadi karakter yang konsumtif, tapi karakter yang inovatif.

0 komentar:

Posting Komentar