Untuk Disiarkan : Kamis 28 Januari 2016
Reporter : Muhammad Fadly Dzil Iqbal
Siapa yang tidak mengenal Jendral
Soeharto? Presiden kedua
Indonesia yang bernama lengkap Jenderal Besar
TNI (Purn.)
H.M. Soeharto
ini, lahir di Dusun Kemusuk,
Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta,
pada tanggal 8 Juni 1921. Jendral Soeharto meninggal
di Jakarta
pada tanggal 27 Januari 2008 lalu, di usia ke 86 tahun. Kemarin adalah tepat sewindu, sang
Pembangunan Indonesia pergi untuk
selamanya. Presiden Soeharto dikenal sebagai presiden yang sangat kontroversial. Mulai dari menjabat sebagai presiden
terlama di Indonesia, sampai turun
dari jabatannya sebagai presiden, pada puncak kerusuhan Mei 1998. Tetapi, tidak sedikit juga prestasi yang
menguntungkan bagi bangsa Indonesia itu sendiri.
Salah satu aktivis UIN Jakarta, Bung
Wicka S.E. mengatakan, slogannya
yang berbunyi “Piye kabare? Isin penak jamanku to?” ini, banyak dijumpai di kaos sampai pesan di belakang bak truk.
Hal ini seperti sebuah pencitraan dan juga
harapan pada sosok Soeharto, presiden kedua Indonesia. Soeharto adalah sosok yang membuat Indonesia penuh
warna-warni, karena selama
lebih kurang 32 tahun,
Indonesia dipimpinnya. Presiden kedua itu juga telah lebih dikenal dan seperti
mudah dihafal bagi rakyatnya,
ketimbang presiden-presiden penggantinya. Soeharto juga telah menjadi ikon kuat, bukan hanya untuk Negaranya tapi juga negara-negara
tetangga di kawasan Asia Tenggara sampai Asia. Bung Wicks juga berharap, semoga perekonomian Indonesia
bisa terus membaik, semoga mata uang rupiah di dunia internasional terus
membaik,
dan tidak mengalami inflasi seperti di jaman
Soeharto dulu.
Aktivis UIN Jakarta lainnya, Muhammad
Zalfa S.Hum mengatakan, sepanjang tahun 1970, 1980, dan 1990 adalah
masa-masa keemasan pemerintahan Soeharto. Begitu banyak program pemerintah
yang dijalankan,
dan tingkat keberhasilannya seakan-akan
seratus persen dari rencana-rencana program pemerintah tersebut. Sebut saja
diantaranya Pembangunan Lima Tahun
(Pelita),
Kelompok Pendengar Pembaca dan Pemirsa (Kelompencapir), dan Sistem Komunikasi
Satelit Domestik (SKSD). Bung Zalfa menambahkan, sayang sekali
bagi generasi yang lahir tahun 1990-an, kehebatan Jenderal Besar Soeharto
tinggal kenangan. Mereka hanya mendengar kisahnya dari cerita orang-orang tua.
Tapi kini bukan berarti tidak bisa melacak jejak sejarah Jenderal Besar
Soeharto.
0 komentar:
Posting Komentar