Untuk Disiarkan : Kamis, 5 Maret 2015
Reporter : Lailaturahmah
Saat ini Indonesia kembali diterpa
oleh berbagai macam masalah. Salah satunya adalah naiknya harga beras yang
melambung tinggi. Pasca penurunan harga Bahan Bakar Minyak (BBM), pemerintah menaikkan
harga beras. Bagaimana pendapat mahasiswa sekaligus anak kos-an
menanggapi hal ini?
Berikut tanggapan salah satu
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), konsentrasi Jurnalistik
semester dua, Siti Afifah, mengaku, tidak pernah membeli beras sendiri walaupun
menjadi anak kos, karena biasa dibawakan beras oleh ibunya. Menurut Afifah, seharusnya pemerintah menaikkan harga beras
berdasarkan kemampuan harga beli masyarakat bawah agar mereka bisa mengkonsumsi
beras yang wajar. Apalagi, saat ini banyak beras mahal yang tidak berkualitas.
Adapula tanggapan salah satu
mahasiswa Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi (FDIKOM), jurusan Bimbingan
Penyuluhan Islam (BPI) semester dua, Arnis, menyatakan, jika harga beras naik,
maka otomatis uang jajan berkurang. Jika harga BBM dan beras naik, maka apapun
harus diirit. Solusinya pasti minta uang tambahan ke orang tua. Arnis bersyukur
karena orang tuanya dapat mengerti keadaan dari seorang anak kos. Jadi, Arnis
tidak merasa keberatan untuk masalah kenaikan harga beras. Mungkin tidak semua
orang tua memiliki rezeki lebih. Arnis berharap untuk ke depannya harga sembako
bisa diturunkan agar rakyat Indonesia menjadi sejahtera.
0 komentar:
Posting Komentar