Untuk Disiarkan :
Jumat 4 September 2015
Reporter :
Muhammad Fadly Dzil Iqbal
Nilai tukar rupiah
telah mencapai titik terlemah
terbaru terhadap dollar Amerika Serikat (AS), pasca pelemahan krisis
moneter pada tahun 1998.
Meskipun demikian,
keadaannya sangat berbeda dengan 1998. Saat itu, Indonesia dilanda kepanikan, dan rupiah
bergerak melemah dengan tajam ke area 17.000 rupiah per dollar AS. Namun kali ini, dollar AS bergerak mencapai 14.200 rupiah. Peristiwa
ini banyak mengundang perhatian dari para kalangan masyarakat, tak terkecuali
mahasiswa UIN Jakarta.
Mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Asep Khairily, mengatakan, pelemahan
rupiah ini telah mendapatkan respons dari pemerintah dan Bank Indonesia.
Berbagai kebijakan telah dikeluarkan untuk menanggulangi pelemahan tersebut, yang intinya menambah
likuiditas dolar AS,
dan mengurangi permintaan dolar AS di Indonesia. Tapi tampaknya belum cukup, karena rupiah masih
tetap melemah. Asep pun berharap, nilai
mata uang rupiah kembali menguat.
Mahasiswi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Jeany Inayah, mengatakan, pemerintah belum mampu mengatasi pelemahan ekspor
Indonesia,
karena penurunan harga komoditas global,
sehingga meskipun rupiah melemah, Indonesia seakan tidak bisa mengambil
keuntungan dari pelemahan rupiah untuk meningkatkan ekspornya. Jeany pun menambahkan, di awal pemerintahan,
fokus ekonomi pemerintah yang baru juga sempat terganggu dengan isu politik terkait peristiwa KMP-KIH dan
peristiwa pemilihan Kapolri.
0 komentar:
Posting Komentar