Untuk
Disiarkan : Kamis, 04 Desember 2014
Reporter : Dimas Bagus Laksono
. Pasca
hajatan demokrasi akbar kampus UIN Jakarta, yang disebut Pemilihan Umum Raya
(PEMIRA). Kampus UIN Jakarta mengalami beberapa keributan yang disebabkan oleh
hasil penghitungan maupun dalam prosesi pemilihan calon ketua di tingkat
jurusan, fakultas, maupun untuk tingkat universitas yang mengalami kejanggalan.
Banyak pihak yang merasa dirugikan atas tindakan-tindakan yang dilakukan oleh
lawan politiknya, ataupun tindakan curang yang dilakukan oleh peserta PEMIRA
yang merugikan salah satu pasangan.
Ketua Badan Pengawas Pemilu (BANWASLU) UIN Jakarta, yang juga Mahasiswa
Jurusan Hubungan International, semester 7, Aprilian Senna menjelaskan sampai saat ini laporan yang masuk akibat
kisruh PEMIRA ke pihak BANWASLU adalah tragedi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik (FISIP) UIN Jakarta. Kampus FISIP sampai saat ini kondisinya masih
memanas, hal ini disebabkan akibat keputusan dari pihak Komisi Pemilihan Umum
(KPU) UIN Jakarta, yang men-syah-kan
beberapa surat suara yang dianggap tidak-sah oleh salah satu pasangan, sehingga
salah satu calon pasangan tersebut merasa perolehan suaranya berubah akibat
keputusan KPU tersebut. Aprilian juga menambahkan, sejauh ini kondisi di FISIP
sendiri masih aman, dan gedungnya masih bisa digunakan untuk kegiatan belajar
mahasiswanya. Sebab pihak BANWASLU dan KPU juga bekerjasama dengan pihak
keamanan fakultas, untuk menghindari kejadian-kejadian buruk yang tidak
diinginkan bersama akibat PEMIRA tahun ini.
Muhammad
Rizky Ikhwani, Mahasiswa Jurusan Ilmu Politik, semester 1, mengatakan, harusnya
masing-masing pasangan calon yang bertarung dalam PEMIRA memiliki sikap
ksatria, menerima dan percaya terhadap lembaga-lembaga pengawas PEMIRA. Rizky
juga berhararap semoga lembaga seperti KPU dan BANWASLU UIN Jakarta, bisa
bersikap netral dan independen agar para calon bisa menerima setiap keputusan
yang dibuat.
0 komentar:
Posting Komentar